Search

Jumat, 12 April 2013

KURIKULUM 2013: KAJIAN BAHAN UJI PUBLIK


Rencana kurikulum 2013 menganut model konsep pendidikan esensialisme, yaitu model pendidikan yang berkembang di Amerika Serikat yang identik dengan masyarakat industri. Hal ini dapat dilihat dari model pendidikan yang diterapkan berbasis sains yang berorientasi pada kompetensi lulusan agar siap untuk terjun ke dunia kerja.

Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek mengungkapkan bahwa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum sebagai berikut:
  1. Relevansi
  2. Fleksibilitas
  3. Kontinuitas
  4. Praktis
  5. Efektifitas
Dari segi relevansi, kurikulum 2013 bertujuan untuk menyiapkan siswa yang siap untuk hidup dan bekerja dalam masyarakat. Kurikulum ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi amanusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
Dari segi fleksibilitas, kurikulum ini masih memberikan kesempatan kepada sekolah di tiap daerah untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing, baik dari segi kondisi daerah, waktu, kemampuan anak dan latar belakang peserta didik sebagaimana yang juga diterapkan pada kurikulum KTSP. Pada dasarnya, kurikulum ini terlihat sederhana, tetapi diharapkan mampu menjawab tantangan untuk membekali peserta didik dalam menghadapi persaingan global di kehidupan sekarang dan masa datang. Hal ini dapat dilihat dari adanya mata pelajaran pramuka yang diwajibkan pada kurikulum ini.
Kurikulum 2013 memiliki segi kontinuitas yang sudah terperinci dan dijabarkan. Secara umum, kesinambungan dalam kurikulum ini mengikuti dengan perkembangan peserta didik sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka tempuh. Penjabaran tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum pun juga telah dijabarkan secara terperinci. Namun, kembali lagi sebaik apapun kurikulum tanpa ada aplikasi yang tepat dan sesuai akhirnya tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Kurikulum ini dari segi kepraktisannya kemungkinan besar implementasinya kurang meyakinkan. Dilihat dari orientasi sains yang menyiapkan peserta didik untuk bekerja, maka akan banyak praktikum dan alat-alat yang akan digunakan. Dilihat dari kondisi infrastruktur kita sekarang dirasa kurang memadai untuk menerapkan kurikulum ini secara utuh. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan kurikulum ini dirasa sangat mahal dikarenakan pembebanan biaya pendidikan akan lebih banyak diserap untuk penyediaan infrastruktur. Mata pelajaran yang semakin sedikit akan memberikan beban yang lebih kepada guru untuk menyiapkan pelajaran lebih ekstra lagi. Hal ini kemungkinan akan berdampak pada kinerja guru yang akan lebih banyak memikirkan persiapan, sehingga pelaksanaannya akan kurang memuaskan.
Dari segi efektivitas, kurikulum ini sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya mungkin akan kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan infrastuktur yang dimiliki oleh pemerintah kurang memadai untuk melaksanakan kurikulum ini. Fasilitas seperti laboratorium tidak tersedia di setiap sekolah yang seharusnya membutuhkannya. Belum lagi, lambannya pemeliharaan kelas bangunan yang rusak membuat proses pembelajaran pun menjadi terhambat.
Dari uraian di atas, penerapan kurikulum ini secara prinsip dasar seharusnya mempertimbangkan kesiapan seluruh aspek dari komponen pendidikan seperti sarana dan prasarana serta kompetensi guru. Pada dasarnya, sebuah kurikulum yang dirancang akan dapat diimplementasikan dengan sempurna apabila didukung dengan kesiapan seluruh komponen pendidikan, baik dari tingkat pusat sampai ke daerah.
Kurikulum sebagai sebuah sistem pendidikan menempati pijakan dasar dalam pengembangannya. Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum KTSP yang telah diterapkan sebelumnya. Melihat dari draft tersebut, pengurangan mata pelajaran mungkin akan berdampak pada menurunnya beban pendidikan bagi peserta didik. Namun, kemungkinan besar ilmu pengetahuan yang akan didapat oleh peserta didik pun akan semakin kurang komprehensif, tetapi hal itu bisa disempurnakan dengan kepiawaian guru dalam memanfaatkan fasilitas untuk pengembangan kurikulum tersebut.
Melihat dari perencanaan kurikulum ini, pemerintah merancang strategi untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dari segi efektivitas interaksi yang menekankan pada iklim sekolah dan manajemen dan kepemimpinan dari sebuah institusi. Segi efektivitas pemahaman, menekankan pada pembelajaran berbasisi observasi dan penilaian kemampuan peserta didik dari segi kemampuan proses, nilai dan pengetahuan serta penilain pada kemampuan diri sendiri. Dari segi efektivitas penyerapan ditekankan pada kesinambungan pembelajaran, baik secara vertikal maupun secara horizontal. Tujuan akhir dari strategi ini adalah pencapaian tranformasi nilai, baik bersifat universal, nasional dan lokal.
Melihat susunan kurikulum 2013, ada sedikit kerancuan dalam penggabungan mata pelajaran. Meskipun terlihat mata pelajaran menjadi lebih sederhana, tetapi pada dasarnya beberapa mata pelajaran digabungkan di bawah satu pelajaran tertentu. Selain itu, pada kurikulum ini, guru tidak lagi diberikan kebebasan dalam mengembangkan kurikulum, sebab sudah ada buku panduan khusus yang sudah siap digunakan untuk proses pembelajaran. Dengan demikian, terlihat bahwa pada kurikulum ini guru memang diberikan kebebasan dalam pengembangan, tetapi kebebasan yang masih terikat dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah. Pada intinya, apapun bentuk kurikulum yang akan direncanakan apabila dibarengi dengan kesiapan setiap komponen pelaksana kurikulum tersebut, maka akan tercapailah tujuan dari pelaksanaan kurikulum tersebut.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar