Rencana kurikulum 2013 menganut model konsep pendidikan esensialisme, yaitu model pendidikan
yang berkembang di Amerika Serikat yang identik dengan masyarakat industri. Hal
ini dapat dilihat dari model pendidikan yang diterapkan berbasis sains yang
berorientasi pada kompetensi lulusan agar siap untuk terjun ke dunia kerja.
Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya
Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek mengungkapkan bahwa prinsip umum
dalam pengembangan kurikulum sebagai berikut:
- Relevansi
- Fleksibilitas
- Kontinuitas
- Praktis
- Efektifitas
Dari segi relevansi, kurikulum 2013 bertujuan untuk menyiapkan
siswa yang siap untuk hidup dan bekerja dalam masyarakat. Kurikulum ini sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20
Tahun 2003 yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi amanusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis,
serta bertanggung jawab.
Dari segi fleksibilitas, kurikulum ini masih memberikan kesempatan
kepada sekolah di tiap daerah untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan
karakteristik daerah masing-masing, baik dari segi kondisi daerah, waktu,
kemampuan anak dan latar belakang peserta didik sebagaimana yang juga
diterapkan pada kurikulum KTSP. Pada dasarnya, kurikulum ini terlihat
sederhana, tetapi diharapkan mampu menjawab tantangan untuk membekali peserta
didik dalam menghadapi persaingan global di kehidupan sekarang dan masa datang.
Hal ini dapat dilihat dari adanya mata pelajaran pramuka yang diwajibkan pada
kurikulum ini.
Kurikulum 2013 memiliki segi kontinuitas yang sudah terperinci dan
dijabarkan. Secara umum, kesinambungan dalam kurikulum ini mengikuti dengan
perkembangan peserta didik sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka tempuh.
Penjabaran tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum pun juga telah dijabarkan
secara terperinci. Namun, kembali lagi sebaik apapun kurikulum tanpa ada
aplikasi yang tepat dan sesuai akhirnya tidak akan mendapatkan hasil yang
maksimal.
Kurikulum ini dari segi kepraktisannya kemungkinan besar
implementasinya kurang meyakinkan. Dilihat dari orientasi sains yang
menyiapkan peserta didik untuk bekerja, maka akan banyak praktikum dan
alat-alat yang akan digunakan. Dilihat dari kondisi infrastruktur kita sekarang
dirasa kurang memadai untuk menerapkan kurikulum ini secara utuh. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan kurikulum ini dirasa sangat mahal
dikarenakan pembebanan biaya pendidikan akan lebih banyak diserap untuk
penyediaan infrastruktur. Mata pelajaran yang semakin sedikit akan memberikan
beban yang lebih kepada guru untuk menyiapkan pelajaran lebih ekstra lagi. Hal
ini kemungkinan akan berdampak pada kinerja guru yang akan lebih banyak
memikirkan persiapan, sehingga pelaksanaannya akan kurang memuaskan.
Dari segi efektivitas, kurikulum ini sebagaimana yang telah
disebutkan sebelumnya mungkin akan kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan infrastuktur
yang dimiliki oleh pemerintah kurang memadai untuk melaksanakan kurikulum ini.
Fasilitas seperti laboratorium tidak tersedia di setiap sekolah yang seharusnya
membutuhkannya. Belum lagi, lambannya pemeliharaan kelas bangunan yang rusak
membuat proses pembelajaran pun menjadi terhambat.
Dari uraian di atas, penerapan kurikulum ini secara prinsip dasar
seharusnya mempertimbangkan kesiapan seluruh aspek dari komponen pendidikan
seperti sarana dan prasarana serta kompetensi guru. Pada dasarnya, sebuah
kurikulum yang dirancang akan dapat diimplementasikan dengan sempurna apabila
didukung dengan kesiapan seluruh komponen pendidikan, baik dari tingkat pusat
sampai ke daerah.
Kurikulum sebagai sebuah sistem pendidikan menempati pijakan dasar
dalam pengembangannya. Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum
KTSP yang telah diterapkan sebelumnya. Melihat dari draft tersebut, pengurangan
mata pelajaran mungkin akan berdampak pada menurunnya beban pendidikan bagi
peserta didik. Namun, kemungkinan besar ilmu pengetahuan yang akan didapat oleh
peserta didik pun akan semakin kurang komprehensif, tetapi hal itu bisa
disempurnakan dengan kepiawaian guru dalam memanfaatkan fasilitas untuk
pengembangan kurikulum tersebut.
Melihat dari perencanaan kurikulum ini, pemerintah merancang
strategi untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dari segi efektivitas
interaksi yang menekankan pada iklim sekolah dan manajemen dan kepemimpinan
dari sebuah institusi. Segi efektivitas pemahaman, menekankan pada pembelajaran
berbasisi observasi dan penilaian kemampuan peserta didik dari segi kemampuan
proses, nilai dan pengetahuan serta penilain pada kemampuan diri sendiri. Dari
segi efektivitas penyerapan ditekankan pada kesinambungan pembelajaran, baik
secara vertikal maupun secara horizontal. Tujuan akhir dari strategi ini adalah
pencapaian tranformasi nilai, baik bersifat universal, nasional dan lokal.
Melihat susunan kurikulum 2013, ada sedikit kerancuan dalam
penggabungan mata pelajaran. Meskipun terlihat mata pelajaran menjadi lebih
sederhana, tetapi pada dasarnya beberapa mata pelajaran digabungkan di bawah
satu pelajaran tertentu. Selain itu, pada kurikulum ini, guru tidak lagi
diberikan kebebasan dalam mengembangkan kurikulum, sebab sudah ada buku panduan
khusus yang sudah siap digunakan untuk proses pembelajaran. Dengan demikian,
terlihat bahwa pada kurikulum ini guru memang diberikan kebebasan dalam
pengembangan, tetapi kebebasan yang masih terikat dengan aturan yang dibuat
oleh pemerintah. Pada intinya, apapun bentuk kurikulum yang akan direncanakan
apabila dibarengi dengan kesiapan setiap komponen pelaksana kurikulum tersebut,
maka akan tercapailah tujuan dari pelaksanaan kurikulum tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar